Indonesia
adalah Negara yang kaya dengan budaya. Daerah Indonesia yang luas, terdiri dari
sabang sampai merauke, tentu memiliki beragam suku. Hal inilah yang membuat
Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka ragam. Dalam satu provinsi saja,
Indonesia bisa memiliki lebih dari satu suku. Misalnya di Kalimantan Tengah,
kita bisa menemukan Suku Ot Danum, Suku Dusun, Suku Maanyan, dan Suku Lawangan,
sedangkan di Sumatera Selatan kita dapat menemukan Suku, Palembang, Suku
Sekayu, Suku Semendo, Suku Daya, Suku Dumai, Suku Kayu Agung, Suku
Komering, Suku Ogan, Suku Pasemah, dan
beberapa suku lain.
Bayangkan
betapa kayanya kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Pada penejlasan di atas,
saya hanya menyebutkan dua provinsi di Indonesia. Namun, sudah berapa suku yang
saya sebutkan ada di kedua provinsi tersebut? Sudah ada 13 suku yang saya
sebutkan. Hal ini membuktikan bahwa suku di Indonesia sangat beragam.
Namun,
umumnya masyarakat Indonesia hanya mengenal beberapa suku besar saja, seperti
Suku Minang, Batak, Jawa, dan Sunda. Sebagian besar dari masyarakat Indonesia
kurang mengenal bahkan tidak pernah mendengar nama-nama suku yang saya sebutkan
di atas.
Kenyataan
ini sungguh merupakan hal yang sangat disayangkan. Sudah saatnya bagi kita
warga Indonesia untuk menyadari pentingnya potensi keberagaman suku dan budaya
di Indonesia. Dari sebuah suku saja ada beragam kesenian, makanan tradisional,
sistem pengetahuan, kerajinan, dan lain-lain. Jika satu provinsi saja memilik
dua suku dan satu suku punya dua makanan khas daerahnya, maka ada berapa
makanan tradisional yang ada di Indonesia? Beragam bukan!
Oleh karena
itu, Indonesia adalah Negara yang kaya akan budaya. Kekayaan budaya ini
hendaknya dijaga dan dilestarikan oleh anak bangsa. Kita sebagai penerus bangsa
tidak boleh malu akan budaya sendiri. Banggalah jadi bangsa yang kaya akan
budaya.
Keberagaman
suku dan kebudayaannya di Indonesia ini membuat penulis ingin membahas
kebudayaan salah satu suku di Indonesia yaitu Suku Pasemah. Penulisan akan
memfokuskan pembahasan pada kuliner asli Suku Pasemah, yaitu lemang. Lemang
yang lebih dikenal sebagai makanan Malaysia ini ternyata adalah makanan
tradisional Suku Pasemah. Oleh karena itu penulis ingin agar masyarakat Indonesia lebih mengenal
tentang kebudayaan Suku Pasemah, yang akan penulis sampaikan melalui makanan
tardisional.
Lemang, Kuliner Jeme Kite, Suku Pasemah
Adakah dari
kalian yang pernah mendengar kata PASEMAH? Mungkin di telinga kita nama ini
tidak setenar Batak, Jawa, Sunda, Dayak, Banten, Minang, dan Kubu. Ya, Pasemah
adalah nama salah satu suku di Indonesia. Pasemah memang tidak sepopuler suku-suku
lain. Bahkan mungkin hanya sedikit dari orang Indonesia yang pernah mendengar
tentang Suku Pasemah.
Suku
Pasemah adalah suku yang tinggal di perbatasan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera
Selatan. Wilayah
pemukiman suku Pasemah meliputi daerah sekitar kota Pagar Alam, kecamatan
Jarai, Kecamatan Tanjung Sakti dan daerah sekitar Kota Gunung Agung, Kabupaten
Lahat. Wilayah pemukiman suku Pasemah ini berada dekat sekitar kaki Gunung
Dempo. Sebenarnya nama suku ini adalah Suku Besemah namun orang lebih akrab
denga sebutan Pasemah.
Sebagai salah satu keturunan Suku Pasemah saya
sebenarnya juga kurang mengenal tentang suku ini. Bermula dari keheranan saya
ketika melihat salah satu saudara sepupu saya memakai akun facebook dengan nama belakang Besemah. Saya kira itu sejenis nama gaul yang biasa digunakan anak-anak
jaman sekarang untuk menamai akun facebook-nya.
Namun saya bertambah heran ketika saya melihat beberapa pengguna facebook lain juga menggunakan Besemah
sebagai nama belakang akun facebook-nya.
Awalnya saya kira, Besemah adalah salah satu nama perkumpulan atau organisasi
pemuda di Pagar Alam, karena saya juga menemukan grup di facebook dengan nama Jeme
Besemah.
Penasaran, akhirnya saya menilik lebih jauh
melalui internet. Dari pencarian dan browsing
di beberapa situs, saya menemukan bahwa Besemah atau yang lebih dikenal
dengan sebutan Pasemah ini adalah nama suku di kota Pagar Alam dan daerah
sekitarnya.
Kedua orang tua saya, mama berasal dari Pagar
Alam, dan papa berasal dari Lahat, memang tidak pernah menceritakan ataupun
menyinggung tentang Pasemah sebelumnya. Mama adalah orang asli Pagar Alam yang
mengahbiskan masa kecilnya di Desa Tanjung Sakti, sebuah desa kecil di Kecamatan
Gunung Agung, Kabupaten Pagar Alam, Sumatera Selatan. Sedangkan papa memang
berasal dari Lahat, namun papa lahir dan tumbuh di Palembang, karena kedua
orang tuanya sudah hijrah ke Palembang sejak menikah dan meniti karir di sana.
Saya sendiri, adalah orang Palembang yang besar
di perantauan. Saya memang lahir di Palembang, namun saat saya berusia tiga
tahun, mama dan papa memboyong saya dan adik ke Padang untuk merantau.
Kemudian, kami juga merantau menyebrangi selat sunda, ke Pulau Jawa sana.
Tahun-tahun saya banyak saya habiskan di kota orang. Hal ini merupakan
pengalaman yang menyenangkan namun sempat membuat saya tidak mengenal kota
kelahiran sendiri juga.
Mama dan papa tidak pernah menceritakan tentang
tempat kelahirannya itu. Mendongeng tentang masa kecil mereka, bahkan
menceritakan tentang kakek dan nenekpun tak pernah. Saya hanya mengenal sosok
kakek dan nenek dari garis keturunan mama ketika sesekali berkunjung saat
lebaran ke Tanjung Sakti dan hanya mengenal sosok kakek dan nenek dari garis
keturunan papa dari foto kakek dan nenek di rumah lama tempat papa dan kakak
beradiknya tumbuh besar.
Setelah mengetahui tentang Suku Pasemah ini,
saya iseng bertanya langsung pada mama yang memang menghabiskan masa kecilnya
di sana. Mama ternyata, juga tidak tahu banyak tentang suku ini. Mama tidak
tahu asal mereka dari mana. Yang mama tahu bahwa pekerjaan mereka sebagian
besar adalah bertani. Mama bilang orang Pasemah banyak yang mirip cina karena
memiliki kulit putih dan garis muka mirip rumpun cina namun sebagian besar dari
mereka sudah punya lipatan kelopak mata, jadi tidak terlalu sipit seperti orang
cina asli. Beberapa di antara mereka juga ada yang tampan dengan hidung mancung
dan cantik semampai karena mungkin pernah memiliki keturunan dari Belanda yang
pernah singgah dan sempat menetap di daerah Pagar Alam dan sekitarnya.
Namun untuk bahasa, orang Pasemah menggunakan
bahasa yang mirip dengan bahasa Malaysia (Melayu), namun tidak menghilangkan
unsur bahasa Palembang. Berbeda dengan bahasa Palembang yang menggunakan
akhiran o pada pengucapan beberapa kata, orang Pasemah menggunakan akhiran e,
lebih seperti bahasa Melayu. Contohnya, kite
ni jeme Pasemah (kami adalah orang Pasemah) dan Ninek nak becantik kudai (Nenek mau berdandan dulu). Orang
Palembang biasanya menyebut logat seperti ini dengan bahasa dusun yang artinya
bahasa daerah.
Tentang asal usul suku Pasemah sendiri sampai
sekarang masih abu-abu. Dari beberapa situs di internet, saya mendapati bahwa
ada legenda yang menceritakan bahwa nenek moyang Suku Pasemah adalah Atong
Bungsu.
Menurut masyarakat suku Pasemah, asal usul mereka diawali dengan
kedatangan Atong Bungsu, sebagai nenek moyang orang Pasemah Lampik Empat, yang
datang dari Hindia Muka, yang memasuki wilayah Sumatra Selatan menelusuri
sungai Lematang, akhirnya memilih tempat bermukim di dusun
Benuakeling. Pada saat kedatangan si Atong Bungsu, ternyata sudah ada dua
suku yang terlebih dahulu menempati daerah itu, yaitu suku Penjalang dan suku
Semidang. Mereka bersepakat untuk sepanjang hidup sampai anak keturunan tidak
akan mengganggu dalam segala hal. Atong Bungsu menikah dengan putri Ratu
Benuakeling, bernama Senantan Buih (Kenantan Buih). Melalui keturunannya Puyang
Diwate, Puyang Mandulike, Puyang Sake Semenung, Puyang Sake Sepadi, Puyang Sake
Seghatus dan Puyang Sake Seketi, menjadi suatu kelompok masyarakat Jagat
Besemah atau yang disebut sekarang sebagai suku Besemah ("Lemang,"
2013).
Menurut beberapa situs
di internet, Atong Bungsu berasaal dari Majapahit namun hal ini tidak bisa
dibenarkan jika ditinjau dari segi sejarah. Hal itu dikarenakan orang Pasemah
atau Besemah, telah ada sejak masa Kerajaan Sriwijaya atau bahkan sebelum masa
Kerajaan Sriwijaya sekitar abad 6. Sedangkan Majapahit baru ada sejak abad 12.
Meski tidak tahu banyak tentang asal usul orang
Pasemah. Mama memperkenalkanku dengan beberapa makanan tradisional orang
Pasemah. Pernah suatu ketika di depan rumah nenek, aku melihat orang
beramai-ramai mengaduk wajan super besar berisi cairan kental hitam di bawah
terik sinar matahari. Mama bilang mereka sedang membuat lempok. Pada waktu itu,
makcik-ku akan menikah dan kami akan
mengadakan hajatan. Seperti kebanyakan orang desa lainnya, Suku Pasemah saling
bahu-membahu memasak ketika suatu rumah akan mengadakan hajatan. Lempok yang
dimasak mereka tadi adalah dodol duren. Dodol duren ini harganya tergolong
mahal jika dijual di pasaran karena bahan baku pembuatannya sebagian besar
terdiri dari duren.
Makanan tradisional Suku Pasemah lain yang
terbuat dari durian adalah tempoyak. Tempoyak adalah durian yang
difermentasikan. Rasanya asam, namun enak menggugah selera makan bagi penikmat
durian. Tempoyak biasa dicampur dengan sambal, sehinggal orang Sumatera Selatan
mengenal sambal tempoyak. Sambal tempoyak ini selain bisa disantap langsung
sebagai teman makan nasi juga bisa diolah lagi, misalnya untuk bumbu pepes
ikan.
Selain lempok dan tempoyak, aku juga mengenal
lemang. Lemang adalah kudapan jeme
Pasemah. Lemang terbuat dari beras ketan. Dulu nenekku sering membuat ini
di bulan puasa. Rasanya gurih dan enak. Aroma gosong bekas pembakaran menambah
lezat kudapan lemang ini.
Lemang dibuat dengan cara memasukkan beras ketan
ke dalam bambu muda. Beras ketan tadi dicampur dengan santan, air secukupnya,
dan juga garam lalu dibakar dengan menggunakan kayu bakar. Proses pembakarannya
sekitar setengah jam dengan menggunakan api kecil.
Masyarakat Pasemah membuat kudapan lemang ini
karena, daerah Pasemah yang masih dikelilingi banyak hutan, banyak ditumbuhi
bambu liar. Lemang ini adalah ketan bakar khas Pasemah. Lemang sangat cocok
menjadi kudapan orang Pasemah, karena daerah Pasemah yang terletak di
Pegunungan, memang berudara dingin. Di sini, lemang biasanya disantap bersama
tapai atau bisa juga dengan pisang goreng hangat dan secangkir kopi panas. Kopi
panas dan pisang goreng hangat yang disantap bersama lemang, memang sangatlah
cocok untuk menghangatkan perut di saat cuaca dingin.
Lemang ini bisa dimakan dengan kudapan lain.
Orang-orang di kampung saya terkadang menyantapnya bersama durian, sewaktu
musim panen durian tiba. Namun, sebenarnya lemang sudah terasa nikmat walaupun
tidak ditemani kudapan lain. Rasanya yang gurih cocok sekali dengan lidah orang
melayu dan sumatera.
Di Palembang, lemang biasa disantap bersama
dengan srikayo ataupun sambal ingkong. Kedua makanan ini sangat berbeda
rasanya. Srikayo adalah kudapan
manis, sedangkan sambel ingkong rasanya asin. Namun keduanya cocok sebagai
teman ketika menyantap lemang. Srikayo
yang rasanya sangat manis, karena terbuat dari telur bebek dan gula, akan
menghasilkan kombinasi yang pas di lidah jika dimakan bersama lemang. Sedangkan
sambal ingkong, yang wujudnya seperti abon ikan, dapat dimakan seperti lauk
jika dimakan dengan lemang.
Makanan lemang ini juga ada di Padang. Orang
Padang menyebutya dengan lamang. Mereka biasa memakannya dengan rendang. Namun
lemang orang Pasemah sedikit berbeda dengan lamang orang minang. Selain cara
memakannya yang beda, cara pembuatnnya pun juga sedikit berbeda. Lamang padang,
menggunakan bambu yang diameternya sedikit lebih besar dari pada lemang
Pasemah. Orang Pasemah menggunakann diameter
bambu seukuran tangan anak kecil. Perbedaan lain ialah, lamang Padang
yang menggunakan daun pisang sebagai lapisan dalam bambu, sebelum memasukkan
ketan ke dalamnya. Sedangkan orang Pasemah biasanya memasak lemang tanpa
menggunakan lapisan apa-apa di dalam bambu.
Di wikipedia, saya menemukan bahwa lemang adalah
makanan khas Malaysia. “Lemang is a traditional Malaysian food made of glutinous rice, coconut milk and salt, and cooked
in a hollowed bamboo stick lined with banana
leaves in order to prevent the rice from sticking to the bamboo” ("Lemang," 2013). Kemungkinan, dunia hanya
mengetahui bahwa lemang adalah makanan khas dari Malaysia. Padahal, salah satu
suku di Indonesia, yaitu suku PASEMAH, telah membuat lemang sejak lama. Makanan
ini, sudah layaknya menjadi makanan khas dari suku Pasemah. Memang tidak bisa
dipungkiri, ada kemungkinan bahwa suku Pasemah dan orang Malaysia mempunyai
akar suku yang sama, sehingga makanan tradisionalnya pun bisa sama. Tetapi sebagai
warga Indonesia, kita harus menjaga budaya bangsa, termasuk makanan tradisional
Suku Pasemah ini.
Membiarkan
Negara lain, mengklaim makanan khas suku di Indonesia sebagai makanan khas
mereka bukanlah hal yang benar. Hal ini akan menghilangkan eksisitensi dari Suku
Pasemah. Keberadaan Suku Pasemah seharusnya mulai diperkenalkan kepada
masyarakat Indonesia. Tidak menutup kemungkinan untuk mengenalkan Suku Pasemah
ini ke mata dunia juga. Sebaiknya makanan tradisional seperti lemang, yang
mungkin memang berasal dari suku melayu, tidak
diklaim oleh
hanya satu Negara saja. Hal ini tentu tidak adil bagi suku Pasemah.
Memperkenalkan lemang sebagai makanan khas melayu menurut saya lebih baik.
Selain menghindari perselisihan dua Negara serumpun, Indonesia dan Malaysia,
kita juga dapat memperkenalkan suku Melayu sebagai satu suku besar dengan
beragam suku kecil seperti Pasemah ke mata dunia.
Mempertahankan
budaya dari suatu suku agar tidak diklaim oleh Negara lain untuk melestarikan
suku tersebut juga berlaku bagi, suku-suku kecil lain di Indonesia. Oleh karena
itu, hendaknya, kita jangan bersikap acuh tak acuh tentang pengetahuan budaya
bangsa sendiri. Dengan budaya yang kaya, kita sebenarnya memiliki banyak modal
untuk mengenalkan Indonseia di kancah Internasional. Suku, seperti Suku
Pasemah, yang memiliki beragam kearifan lokal, wajib kita jaga dan lestarikan.
Dengan mengenalkan LEMANG sebagai kuliner
jeme kite akan membuat masyarakat Indonesia kenal pula dengan Suku Pasemah
itu sendiri.
Kuliner
lemang ini mungkin bisa dikemas dengan lebih menarik lagi, agar menarik
perhatian masayarakat luas. Jika masyarakat tertarik dengan kuliner ini, bukan
tidak mungkin, kuliner seperti lempok dan tempoyak yang juga berasal dari
Pasemah juga dapat menarik perhatian masyarakat luas untuk mencobanya. Dari
kuliner inilah, biasanya akan muncul ketertarikan untuk mempelajari budaya
Pasemah juga bahasanya. Oleh karena itu, makanan tradisional, seperti lemang
ini, ikut berperan dalam mempertahankan eksistensi suatu suku.
DAFTAR PUSTAKA
Lemang [Electronic. (2013). Version], from http://id.wikipedia.org/wiki/Lemang
Lemang
[Electronic. (2013). Version], from http://en.wikipedia.org/wiki/Lemang
Rismon, J. (2013). SEJARAH
ADAT ISTIADAT JEME SEMENDE [Electronic Version], from
http://putrasemende.blogspot.com/
SEJARAH SUKU BESEMAH
[Electronic. (2011). Version], from
http://adekabang.wordpress.com/2011/01/29/sejarah-suku-besemah/
Suku Pasemah (Besemah)
[Electronic. (2013). Version], from
http://protomalayans.blogspot.com/2012/07/suku-pasemah-besemah.html
TUGAS SISTEM SOSIAL
BUDAYA INDONESIA SUKU PASEMAH BENGKULU [Electronic. (2011). Version], from
http://www.scribd.com/doc/57214159/SUKU-PASEMAH
Wongkito, U. (2013).
Wongkito: Suku Besemah [Electronic Version], from
http://badahwongkito.blogspot.com/2012/07/suku-besemah-suatu-terminology-lebih.html
Aslamualaikum.. sorry bila mencelah.. suku pesemah merupakan salah satu suku bangsa melayu.. soal klaim anda harus dewasa buka mata luas2.. BUDAYA BUKAN MILIK NEGARA!!! BUDAYA MILIK BANGSA!!! kami tak peduli kau Indonesia atau malaysia tapi yg pasti melayu palembang riau pontianak minang sambas kedah kelantan sabah sarawak thai selatan semua bersaudarah satu darah satu bangsa..
BalasHapusMohon maaf terima kasih atas komentarnya tetapi saya memang mengatakan budaya tersebut tidak seharusnya diklaim oleh satu negara saja agar eksistensi suku tersebut tidak hilang. Dan, selain itu tulisan ini tidak bermaksud memecah belah dan membedakan ataupun membandingkan suku mana yang lebih baik. Saya hanya ingin memperkenalkan keberadaan suku asal saya, suku Pasemah. Terima kasih.
BalasHapus