Sudahkah anda shalat?

Sudahkah Anda Sholat??? ^^ Kalau Belum Sholat Yuk. ^^
By Debby Sheilla Saputri

Semangat Debby

SELAMAT DATANG ingat selalu Tiga pepatah arab ajaib -> man jadda wa jadda; man shabara zhafira; mansara ala darbi washala

Kamis, 01 Agustus 2013

Suku Pasemahku Tercinta


Indonesia adalah Negara yang kaya dengan budaya. Daerah Indonesia yang luas, terdiri dari sabang sampai merauke, tentu memiliki beragam suku. Hal inilah yang membuat Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka ragam. Dalam satu provinsi saja, Indonesia bisa memiliki lebih dari satu suku. Misalnya di Kalimantan Tengah, kita bisa menemukan Suku Ot Danum, Suku Dusun, Suku Maanyan, dan Suku Lawangan, sedangkan di Sumatera Selatan kita dapat menemukan Suku, Palembang, Suku Sekayu, Suku Semendo, Suku Daya, Suku Dumai, Suku Kayu Agung, Suku Komering,  Suku Ogan, Suku Pasemah, dan beberapa suku lain.
Bayangkan betapa kayanya kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Pada penejlasan di atas, saya hanya menyebutkan dua provinsi di Indonesia. Namun, sudah berapa suku yang saya sebutkan ada di kedua provinsi tersebut? Sudah ada 13 suku yang saya sebutkan. Hal ini membuktikan bahwa suku di Indonesia sangat beragam.
Namun, umumnya masyarakat Indonesia hanya mengenal beberapa suku besar saja, seperti Suku Minang, Batak, Jawa, dan Sunda. Sebagian besar dari masyarakat Indonesia kurang mengenal bahkan tidak pernah mendengar nama-nama suku yang saya sebutkan di atas.
Kenyataan ini sungguh merupakan hal yang sangat disayangkan. Sudah saatnya bagi kita warga Indonesia untuk menyadari pentingnya potensi keberagaman suku dan budaya di Indonesia. Dari sebuah suku saja ada beragam kesenian, makanan tradisional, sistem pengetahuan, kerajinan, dan lain-lain. Jika satu provinsi saja memilik dua suku dan satu suku punya dua makanan khas daerahnya, maka ada berapa makanan tradisional yang ada di Indonesia? Beragam bukan!
Oleh karena itu, Indonesia adalah Negara yang kaya akan budaya. Kekayaan budaya ini hendaknya dijaga dan dilestarikan oleh anak bangsa. Kita sebagai penerus bangsa tidak boleh malu akan budaya sendiri. Banggalah jadi bangsa yang kaya akan budaya.
Keberagaman suku dan kebudayaannya di Indonesia ini membuat penulis ingin membahas kebudayaan salah satu suku di Indonesia yaitu Suku Pasemah. Penulisan akan memfokuskan pembahasan pada kuliner asli Suku Pasemah, yaitu lemang. Lemang yang lebih dikenal sebagai makanan Malaysia ini ternyata adalah makanan tradisional Suku Pasemah. Oleh karena itu penulis ingin  agar masyarakat Indonesia lebih mengenal tentang kebudayaan Suku Pasemah, yang akan penulis sampaikan melalui makanan tardisional.

Lemang, Kuliner Jeme Kite, Suku Pasemah

Adakah dari kalian yang pernah mendengar kata PASEMAH? Mungkin di telinga kita nama ini tidak setenar Batak, Jawa, Sunda, Dayak, Banten, Minang, dan Kubu. Ya, Pasemah adalah nama salah satu suku di Indonesia. Pasemah memang tidak sepopuler suku-suku lain. Bahkan mungkin hanya sedikit dari orang Indonesia yang pernah mendengar tentang Suku Pasemah.
Suku Pasemah adalah suku yang tinggal di perbatasan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Selatan. Wilayah pemukiman suku Pasemah meliputi daerah sekitar kota Pagar Alam, kecamatan Jarai, Kecamatan Tanjung Sakti dan daerah sekitar Kota Gunung Agung, Kabupaten Lahat. Wilayah pemukiman suku Pasemah ini berada dekat sekitar kaki Gunung Dempo. Sebenarnya nama suku ini adalah Suku Besemah namun orang lebih akrab denga sebutan Pasemah.
Sebagai salah satu keturunan Suku Pasemah saya sebenarnya juga kurang mengenal tentang suku ini. Bermula dari keheranan saya ketika melihat salah satu saudara sepupu saya memakai akun facebook dengan nama belakang Besemah. Saya kira itu sejenis nama gaul yang biasa digunakan anak-anak jaman sekarang untuk menamai akun facebook-nya. Namun saya bertambah heran ketika saya melihat beberapa pengguna facebook lain juga menggunakan Besemah sebagai nama belakang akun facebook-nya. Awalnya saya kira, Besemah adalah salah satu nama perkumpulan atau organisasi pemuda di Pagar Alam, karena saya juga menemukan grup di facebook dengan nama Jeme Besemah.
Penasaran, akhirnya saya menilik lebih jauh melalui internet. Dari pencarian dan browsing di beberapa situs, saya menemukan bahwa Besemah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pasemah ini adalah nama suku di kota Pagar Alam dan daerah sekitarnya.
Kedua orang tua saya, mama berasal dari Pagar Alam, dan papa berasal dari Lahat, memang tidak pernah menceritakan ataupun menyinggung tentang Pasemah sebelumnya. Mama adalah orang asli Pagar Alam yang mengahbiskan masa kecilnya di Desa Tanjung Sakti, sebuah desa kecil di Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Pagar Alam, Sumatera Selatan. Sedangkan papa memang berasal dari Lahat, namun papa lahir dan tumbuh di Palembang, karena kedua orang tuanya sudah hijrah ke Palembang sejak menikah dan meniti karir di sana.

Saya sendiri, adalah orang Palembang yang besar di perantauan. Saya memang lahir di Palembang, namun saat saya berusia tiga tahun, mama dan papa memboyong saya dan adik ke Padang untuk merantau. Kemudian, kami juga merantau menyebrangi selat sunda, ke Pulau Jawa sana. Tahun-tahun saya banyak saya habiskan di kota orang. Hal ini merupakan pengalaman yang menyenangkan namun sempat membuat saya tidak mengenal kota kelahiran sendiri juga.
Mama dan papa tidak pernah menceritakan tentang tempat kelahirannya itu. Mendongeng tentang masa kecil mereka, bahkan menceritakan tentang kakek dan nenekpun tak pernah. Saya hanya mengenal sosok kakek dan nenek dari garis keturunan mama ketika sesekali berkunjung saat lebaran ke Tanjung Sakti dan hanya mengenal sosok kakek dan nenek dari garis keturunan papa dari foto kakek dan nenek di rumah lama tempat papa dan kakak beradiknya tumbuh besar.
Setelah mengetahui tentang Suku Pasemah ini, saya iseng bertanya langsung pada mama yang memang menghabiskan masa kecilnya di sana. Mama ternyata, juga tidak tahu banyak tentang suku ini. Mama tidak tahu asal mereka dari mana. Yang mama tahu bahwa pekerjaan mereka sebagian besar adalah bertani. Mama bilang orang Pasemah banyak yang mirip cina karena memiliki kulit putih dan garis muka mirip rumpun cina namun sebagian besar dari mereka sudah punya lipatan kelopak mata, jadi tidak terlalu sipit seperti orang cina asli. Beberapa di antara mereka juga ada yang tampan dengan hidung mancung dan cantik semampai karena mungkin pernah memiliki keturunan dari Belanda yang pernah singgah dan sempat menetap di daerah Pagar Alam dan sekitarnya.
Namun untuk bahasa, orang Pasemah menggunakan bahasa yang mirip dengan bahasa Malaysia (Melayu), namun tidak menghilangkan unsur bahasa Palembang. Berbeda dengan bahasa Palembang yang menggunakan akhiran o pada pengucapan beberapa kata, orang Pasemah menggunakan akhiran e, lebih seperti bahasa Melayu. Contohnya, kite ni jeme Pasemah (kami adalah orang Pasemah) dan Ninek nak becantik kudai (Nenek mau berdandan dulu). Orang Palembang biasanya menyebut logat seperti ini dengan bahasa dusun yang artinya bahasa daerah.
Tentang asal usul suku Pasemah sendiri sampai sekarang masih abu-abu. Dari beberapa situs di internet, saya mendapati bahwa ada legenda yang menceritakan bahwa nenek moyang Suku Pasemah adalah Atong Bungsu.
Menurut masyarakat suku Pasemah, asal usul mereka diawali dengan kedatangan Atong Bungsu, sebagai nenek moyang orang Pasemah Lampik Empat, yang datang dari Hindia Muka, yang memasuki wilayah Sumatra Selatan menelusuri sungai Lematang, akhirnya memilih tempat bermukim di dusun Benuakeling. Pada saat kedatangan si Atong Bungsu, ternyata sudah ada dua suku yang terlebih dahulu menempati daerah itu, yaitu suku Penjalang dan suku Semidang. Mereka bersepakat untuk sepanjang hidup sampai anak keturunan tidak akan mengganggu dalam segala hal. Atong Bungsu menikah dengan putri Ratu Benuakeling, bernama Senantan Buih (Kenantan Buih). Melalui keturunannya Puyang Diwate, Puyang Mandulike, Puyang Sake Semenung, Puyang Sake Sepadi, Puyang Sake Seghatus dan Puyang Sake Seketi, menjadi suatu kelompok masyarakat Jagat Besemah atau yang disebut sekarang sebagai suku Besemah ("Lemang," 2013).
Menurut beberapa situs di internet, Atong Bungsu berasaal dari Majapahit namun hal ini tidak bisa dibenarkan jika ditinjau dari segi sejarah. Hal itu dikarenakan orang Pasemah atau Besemah, telah ada sejak masa Kerajaan Sriwijaya atau bahkan sebelum masa Kerajaan Sriwijaya sekitar abad 6. Sedangkan Majapahit baru ada sejak abad 12.
Meski tidak tahu banyak tentang asal usul orang Pasemah. Mama memperkenalkanku dengan beberapa makanan tradisional orang Pasemah. Pernah suatu ketika di depan rumah nenek, aku melihat orang beramai-ramai mengaduk wajan super besar berisi cairan kental hitam di bawah terik sinar matahari. Mama bilang mereka sedang membuat lempok. Pada waktu itu, makcik-ku akan menikah dan kami akan mengadakan hajatan. Seperti kebanyakan orang desa lainnya, Suku Pasemah saling bahu-membahu memasak ketika suatu rumah akan mengadakan hajatan. Lempok yang dimasak mereka tadi adalah dodol duren. Dodol duren ini harganya tergolong mahal jika dijual di pasaran karena bahan baku pembuatannya sebagian besar terdiri dari duren.
Makanan tradisional Suku Pasemah lain yang terbuat dari durian adalah tempoyak. Tempoyak adalah durian yang difermentasikan. Rasanya asam, namun enak menggugah selera makan bagi penikmat durian. Tempoyak biasa dicampur dengan sambal, sehinggal orang Sumatera Selatan mengenal sambal tempoyak. Sambal tempoyak ini selain bisa disantap langsung sebagai teman makan nasi juga bisa diolah lagi, misalnya untuk bumbu pepes ikan.
Selain lempok dan tempoyak, aku juga mengenal lemang. Lemang adalah kudapan jeme Pasemah. Lemang terbuat dari beras ketan. Dulu nenekku sering membuat ini di bulan puasa. Rasanya gurih dan enak. Aroma gosong bekas pembakaran menambah lezat kudapan lemang ini.
Lemang dibuat dengan cara memasukkan beras ketan ke dalam bambu muda. Beras ketan tadi dicampur dengan santan, air secukupnya, dan juga garam lalu dibakar dengan menggunakan kayu bakar. Proses pembakarannya sekitar setengah jam dengan menggunakan api kecil.
Masyarakat Pasemah membuat kudapan lemang ini karena, daerah Pasemah yang masih dikelilingi banyak hutan, banyak ditumbuhi bambu liar. Lemang ini adalah ketan bakar khas Pasemah. Lemang sangat cocok menjadi kudapan orang Pasemah, karena daerah Pasemah yang terletak di Pegunungan, memang berudara dingin. Di sini, lemang biasanya disantap bersama tapai atau bisa juga dengan pisang goreng hangat dan secangkir kopi panas. Kopi panas dan pisang goreng hangat yang disantap bersama lemang, memang sangatlah cocok untuk menghangatkan perut di saat cuaca dingin.



Lemang ini bisa dimakan dengan kudapan lain. Orang-orang di kampung saya terkadang menyantapnya bersama durian, sewaktu musim panen durian tiba. Namun, sebenarnya lemang sudah terasa nikmat walaupun tidak ditemani kudapan lain. Rasanya yang gurih cocok sekali dengan lidah orang melayu dan sumatera.

Di Palembang, lemang biasa disantap bersama dengan srikayo ataupun sambal ingkong. Kedua makanan ini sangat berbeda rasanya. Srikayo adalah kudapan manis, sedangkan sambel ingkong rasanya asin. Namun keduanya cocok sebagai teman ketika menyantap lemang.  Srikayo yang rasanya sangat manis, karena terbuat dari telur bebek dan gula, akan menghasilkan kombinasi yang pas di lidah jika dimakan bersama lemang. Sedangkan sambal ingkong, yang wujudnya seperti abon ikan, dapat dimakan seperti lauk jika dimakan dengan lemang.
Makanan lemang ini juga ada di Padang. Orang Padang menyebutya dengan lamang. Mereka biasa memakannya dengan rendang. Namun lemang orang Pasemah sedikit berbeda dengan lamang orang minang. Selain cara memakannya yang beda, cara pembuatnnya pun juga sedikit berbeda. Lamang padang, menggunakan bambu yang diameternya sedikit lebih besar dari pada lemang Pasemah. Orang Pasemah menggunakann diameter  bambu seukuran tangan anak kecil. Perbedaan lain ialah, lamang Padang yang menggunakan daun pisang sebagai lapisan dalam bambu, sebelum memasukkan ketan ke dalamnya. Sedangkan orang Pasemah biasanya memasak lemang tanpa menggunakan lapisan apa-apa di dalam bambu.
Di wikipedia, saya menemukan bahwa lemang adalah makanan khas Malaysia. “Lemang is a traditional Malaysian food made of glutinous rice, coconut milk and salt, and cooked in a hollowed bamboo stick lined with banana leaves in order to prevent the rice from sticking to the bamboo” ("Lemang," 2013).  Kemungkinan, dunia hanya mengetahui bahwa lemang adalah makanan khas dari Malaysia. Padahal, salah satu suku di Indonesia, yaitu suku PASEMAH, telah membuat lemang sejak lama. Makanan ini, sudah layaknya menjadi makanan khas dari suku Pasemah. Memang tidak bisa dipungkiri, ada kemungkinan bahwa suku Pasemah dan orang Malaysia mempunyai akar suku yang sama, sehingga makanan tradisionalnya pun bisa sama. Tetapi sebagai warga Indonesia, kita harus menjaga budaya bangsa, termasuk makanan tradisional Suku Pasemah ini.
Membiarkan Negara lain, mengklaim makanan khas suku di Indonesia sebagai makanan khas mereka bukanlah hal yang benar. Hal ini akan menghilangkan eksisitensi dari Suku Pasemah. Keberadaan Suku Pasemah seharusnya mulai diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia. Tidak menutup kemungkinan untuk mengenalkan Suku Pasemah ini ke mata dunia juga. Sebaiknya makanan tradisional seperti lemang, yang mungkin memang berasal dari suku melayu, tidak

diklaim oleh hanya satu Negara saja. Hal ini tentu tidak adil bagi suku Pasemah. Memperkenalkan lemang sebagai makanan khas melayu menurut saya lebih baik. Selain menghindari perselisihan dua Negara serumpun, Indonesia dan Malaysia, kita juga dapat memperkenalkan suku Melayu sebagai satu suku besar dengan beragam suku kecil seperti Pasemah ke mata dunia.


Mempertahankan budaya dari suatu suku agar tidak diklaim oleh Negara lain untuk melestarikan suku tersebut juga berlaku bagi, suku-suku kecil lain di Indonesia. Oleh karena itu, hendaknya, kita jangan bersikap acuh tak acuh tentang pengetahuan budaya bangsa sendiri. Dengan budaya yang kaya, kita sebenarnya memiliki banyak modal untuk mengenalkan Indonseia di kancah Internasional. Suku, seperti Suku Pasemah, yang memiliki beragam kearifan lokal, wajib kita jaga dan lestarikan. Dengan mengenalkan LEMANG sebagai kuliner jeme kite akan membuat masyarakat Indonesia kenal pula dengan Suku Pasemah itu sendiri.

Kuliner lemang ini mungkin bisa dikemas dengan lebih menarik lagi, agar menarik perhatian masayarakat luas. Jika masyarakat tertarik dengan kuliner ini, bukan tidak mungkin, kuliner seperti lempok dan tempoyak yang juga berasal dari Pasemah juga dapat menarik perhatian masyarakat luas untuk mencobanya. Dari kuliner inilah, biasanya akan muncul ketertarikan untuk mempelajari budaya Pasemah juga bahasanya. Oleh karena itu, makanan tradisional, seperti lemang ini, ikut berperan dalam mempertahankan eksistensi suatu suku.
 
DAFTAR PUSTAKA
Lemang [Electronic. (2013). Version], from http://id.wikipedia.org/wiki/Lemang
Lemang [Electronic. (2013). Version], from http://en.wikipedia.org/wiki/Lemang
Rismon, J. (2013). SEJARAH ADAT ISTIADAT JEME SEMENDE [Electronic Version], from http://putrasemende.blogspot.com/
SEJARAH SUKU BESEMAH [Electronic. (2011). Version], from http://adekabang.wordpress.com/2011/01/29/sejarah-suku-besemah/
Suku Pasemah (Besemah) [Electronic. (2013). Version], from http://protomalayans.blogspot.com/2012/07/suku-pasemah-besemah.html
TUGAS SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA SUKU PASEMAH BENGKULU [Electronic. (2011). Version], from http://www.scribd.com/doc/57214159/SUKU-PASEMAH
Wongkito, U. (2013). Wongkito: Suku Besemah [Electronic Version], from http://badahwongkito.blogspot.com/2012/07/suku-besemah-suatu-terminology-lebih.html



2 komentar:

  1. Aslamualaikum.. sorry bila mencelah.. suku pesemah merupakan salah satu suku bangsa melayu.. soal klaim anda harus dewasa buka mata luas2.. BUDAYA BUKAN MILIK NEGARA!!! BUDAYA MILIK BANGSA!!! kami tak peduli kau Indonesia atau malaysia tapi yg pasti melayu palembang riau pontianak minang sambas kedah kelantan sabah sarawak thai selatan semua bersaudarah satu darah satu bangsa..

    BalasHapus
  2. Mohon maaf terima kasih atas komentarnya tetapi saya memang mengatakan budaya tersebut tidak seharusnya diklaim oleh satu negara saja agar eksistensi suku tersebut tidak hilang. Dan, selain itu tulisan ini tidak bermaksud memecah belah dan membedakan ataupun membandingkan suku mana yang lebih baik. Saya hanya ingin memperkenalkan keberadaan suku asal saya, suku Pasemah. Terima kasih.

    BalasHapus