Sudahkah anda shalat?

Sudahkah Anda Sholat??? ^^ Kalau Belum Sholat Yuk. ^^
By Debby Sheilla Saputri

Semangat Debby

SELAMAT DATANG ingat selalu Tiga pepatah arab ajaib -> man jadda wa jadda; man shabara zhafira; mansara ala darbi washala

Senin, 19 November 2012

Fira Basuki: "Ketika Cantik vs Ketika Jelek"

19 September 2012

Kemarin saya nonton Just Alvin, iseng saja sebenarnya, kalau topiknya lagi menarik ya saya nonton. Bukan tonton wajib juga. Kalau tidak salah topiknya Wanna Hold Your Hands Forever. Ada sosok perempuan yang menarik hati saya. Saya belum pernah melihat dia sebelumnya. Tapi karakternya terlihat begitu kuat. Fira Basuki namanya.

Besoknya saya browsing tentang dia dan tahu kalau dia itu adalah salah satu sastrawati Indonesia. Saya juga nemu multiply dia, sepertinya memang asli tulisan dia. Ada banyak tulisan mbak Fira yang menarik perhatian saya, namun satu tulisan ini benar-benar ngena banget di saya, judulnya Ketika Cantik vs Ketika Jelek. Benar sekali bahwa cantik hati itu lebih penting dari cantik rupa bagi kita pribadi terutama. Tapi orang lain toh akan lebih memerhatikan kita jika kita berwajah cantik. Tidak jarang kita diabaikan kalau kita "lagi jelek". Cantik yang saya maksudkan di sini cantik menarik yaa, tidak harus sempurna misalnya hidung mancung, tinggi, mata belok, ya cantik maksud saya enak dipandanglah, hehe.

Oh iya, saya memberi kutipan pada kata "lagi jelek" karena saya tahu selama perjalanan hidup ini tidak selamanya kita jelek. Ada kalanya kita cantik tapi di suatu masa kita akan malas berdandan dan agak mengabaikan diri.

Walaupun bukan lagi jamannya Judge The Book by Its Cover, jujurlah banyak orang masih lihat luarnya dulu kan! :)

Rabu, 14 November 2012

Lensa Hidup :Punya Banyak Sisi Tergantung Cara Kau Memandangnya

Hidup adalah hal yang tak terduga. Layaknya sebuah hadiah kadang bisa membuatmu terkejut kadang biasa saja. Kadang dia membuatmu senang tapi suatu saat kau bisa tidak menyukainya.Bagaimanapun kado adalah kado, sesuatu yang diberikan untuk kita.Alangkah baiknya jika kita menghargai hadiah itu untuk menghargai si pemberinya. Seperti itu pula baiknya kita menghargai hidup ini untuk menghargai Sang Maha Pencipta.

Sabtu, 10 November 2012
Pagi itu, dengan malas aku beranjak dari tempat tidur, bersegera untuk memulai hari. Sabtu, biasanya adalah hari libur untuk ku. Seperti kebanyakan hari libur aku lebih senang memanfaatkannya untuk istirahat di kosan. Namun pagi itu aku sudah telanjur membayar untuk ikut Seminar Kepribadian dan Workshop Public Speaking di Fakultas ISIP UNPAD.

Sedikit menyesal membayangkan diriku melongo sendirian di workshop itu tanpa tahu harus mengajak ngobrol siapa, aku menghela nafas dan meyakinkan diri kalau setidaknya aku bisa melihat Tina Talisa di workshop itu. Adikku yang mengajakku ikut seminar ternyata tidak bisa hadir karena tanpa diduga proposal PKMnya diterima dan harus presentasi hari itu juga.

Untungnya aku sedikit beruntung, dia ,Desi anak Kesejahteraan Sosial, cukup ramah dan mau tersenyum mendengar celotehanku. Bahkan aku sangat lega karena ditemani shalat, karena ini adalah pengalaman pertamaku masuk gedung FISIP setelah kuliah cukup lama di UNPAD ,selama dua tahun. Tadinya aku berpikir akan sangat sulit bagiku yang mudah tersesat di tempat baru untuk menemukan mushala sendiri.

Desi yang berjalan di belakangku memanggil seseorang, temannya kukira. Agak terkejut, kulihat ia hanya mempunyai satu kaki dan satu tangan. Anak laki-laki itu terlihat berjalan melompat-lompat, sepenglihatanku dia tidak memakai tongkat. Aku yang bingung, takut memunculkan ekspresi terkejut yang berlebihan dari mukaku memilih untuk mengalihkan pandangan.

Desi menyapanya dengan ramah, terdengar renyah, tak dibuat-buat.Aku tak sempat mendengar mereka mengobrol apa, yang kutangkap hanya percakapan biasa namun terlihat sangat bersahabat. Kurasa aku tidak bisa seramah itu, pikirku. Maksudku tentu aku ingin tapi belum bisa melakukannya.

Sejenak aku terdiam memikirkan pertanyaanku beberapa waktu lalu. Ketika itu aku nonton Kick Andy tentang seorang anak perempuan yang kakinya harus diamputasi karena kanker. Dia sangat bersemangat dan ingin sekali kuliah. Saat itu hal pertama yang kupikirkan adalah betapa kasihannya dia, apa dia bisa kuliah dengan satu kaki di universitas umum. Bagaimana kalau dia harus kuliah di lantai 3 pasti akan sangat sulit. Aku sering sekali mendengar keluhan dari orang yang normal sekalipun betapa capeknya menaiki tangga. Tapi dia bisa, anak laki-laki itu sekarang kuliah di universitas yang sama denganku di UNPAD.

Belakangan aku bertanya pada Rio adikku tentang anak tersebut. Rio menjawabnya dengan semangat bahkan menambahkan dengan bangga memberitahuku kalau anak itu adalah salah satu siswa yang ikut seleksi KPM yang merupakan salah satu dari rangkaian acara tersebut.

Dengan penasaran aku bertanya "Gimana ya kalau dia harus turun naik tangga?"
"Kan ada temannya deb," jawab adikku.
Sungguh aku melupakan hal itu, aku tertegun. Aku berdoa semoga dia selalu dikelilingi orang baik yang akan selalu mau membantunya untuk turun naik tangga.
                                                                           ***

Mungkin aku belum bisa seratus persen mencontoh semangatnya belum bisa bersyukur akan kehidupan sebaik dia. Tapi pasti akan ku coba, setidaknya menjadi yang terbaik dari apa yang bisa aku lakukan.






Sabtu, 03 November 2012

Hidup Cuma Sekali

Assalammualaikum sahabat.

Bukan tulisan penting, dalam kesempatan ini saya hanya ingin mencurahkan rasa. Diam saat merasa kesal dengan tingkah seseorang, karena masalah sepele, karena ekspresi aneh orang ketika memandang dirimu, karena orang tertawa di depan mukamu, tanpa kau tahu mereka menertawakan apa, sering kali saya lakukan, mungkin kebanyakan dari kalian juga begitu. Intinya tidak mau cari masalah. Jarang sekali orang (kecuali orang-orang yang dalam pandangan saya merasa dirinya keren jika bereaksi terhadap hal sepele seperti itu, merasa punya kekuatan mungkin) mau terlihat marah-marah karena masalah sepele di depan umum, you know it will show who the real you are.

Banyak hal sepele yang mungkin mebuatmu tidak nyaman. Misalnya saja, perlakuan sepele teman saya yang membuat saya awalnya merasa mungkin dia berpikir saya bukan orang baik. Tapi itu hanya pikiran saya dan saya segera membuangnya jauh-jauh. Hanya bermula ketika dia yang duduk tepat di belakang saya bertanya kepada teman di samping kiri saya ,"Eh kamu punya minyak angin nggak?" setelah dijawab tidak dia bertanya lagi pada teman di sebelah kanan saya, "Punya minyak angin nggak?" dan ternyata dia juga tidak punya. Setelah itu ya dia hanya berpasrah tanpa mendapat minyak angin.Sudah terlihat poinnya? Mungkin belum, bagaimana jika dengan kejadian ini. Saya mengeluarkan beberapa fotokopian ujian. Di ruangan itu baru duduk 4 orang. Lalu dia (masih orang yang sama) datang, dan berkata "Aduh gimana (sebut saja namanya Minah) Minah belum belajar nih sama sekali." Singkatnya dia berniat untuk meminjam fotokopian bahan ujian pada tiga teman saya di kelas itu, dan bertanya pada mereka siapa yang punya fotokopian itu. Anehnya dia sama sekali tidak bertanya pada saya yang jelas-jelas sedang memegang fotokopian yang dia mau.

Sebagai informasi, dia tidak pernah membenci saya, setidaknya tidak pernah menunjukkannya di depan saya. Anyway, yah memang saya hanya mahasiswa biasa yang tidak pernah frontal mengungkapkan sesuatu yang saya tidak suka.Sekali lagi hal yang dia lakukan tadi hanya hal sepele, namun tidak luput dari pengamatan saya. Hal itu cukup membuat saya merasa buruk, namun yang pertama saya lakukan ialah berfikir seberapa pentingkah dan seberapa banyakkah kontribusi dia dalam hidup saya. Jawabannya Nol. Yang berarti ada atu tidak ada dia, benci atau tidak benci dia pada saya, suka atau tidak suka dia pada saya, pengaruhnya sama dengan tidak ada.

Kadang saya sering introspeksi diri sendiri. Memang saya terlalu kaku, jarang berbasa-basi, mungkin beberapa orang menganggap saya sombong. Ingin sekali mengubah diri menjadi pribadi yang lebih supel. Tapi semakin saya mencoba semakin saya terlihat kaku, terlihat berpura-pura.

Saya renungkan lagi, setidaknya saya bukan orang jahat. Saya juga baik dengan teman saya, cenderung menyapa duluan jika bertemu, berkata halus dan sopan, peduli dengan sesama, masih banyak hal lain yang baik dalam diri saya.

Memutuskan untuk sedikit mengabaikan (bukan berarti sama sekali tidak peduli) dengan yang orang pikir tentang kamu, bisa jadi salah satu solusi yang baik untuk membuat hidup jadi lebih bahagia.

Hidup cuma sekali dan saya ingin bahagia, begitu juga dengan anda kan?